ASUHAN KEPERAWATAN PADA PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pubertas
merupakan salah satu fase dalam pertumbuhan dan perkembangan rnanusia. Pada
wanita, pubertas diikuti aspek perkembangan reproduksi yang ditandai dengan
mulainya menstruasi (menarche). Banyak wanita mengalami ketidaknyamanan fisik
selama beberapa hari sebelum periode menstruasi datang, hal ini khususnya
sering terjadi pada awal-awal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan
menstruasi mulai dari rasa tidak nyaman pada daerah perut sampai masalah
ketidakstabilan emosi, kondisi ini yang dikenal dengan premenstrual syndrome
(sindromapreinenstruasi). Sindroma
preinenstruasi merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang
terkait dengan siklus menstruasi wanita, gejala biasanya timbul 6-10 hari sebelum menstruasi
dan menghilang ketika menstruasi dimulai.
Mayoritas
wanita pada usia reproduktif biasanya mengalami satu atau lebih gejala
premenstruasi pada sebagian besar siklus menstruasi. Keparahan dan frekuensi gejala yang dialami bisa berbeda di antara masing-masing siklus. Gejala yang paling parah dan paling
sering pada sindroma preinenstruasi adalah iritabilitas emosional dan tingkah
laku, depresi, gelisah, kelelahan, kosentrasi berkurang, pembengkakan dan rasa
tidak nyaman pada payudara dan
nyeri di daerah
perut. Rata-rata usia pubertas dewasa ini adalah 12 tahun,
sementara usiarata-rata menopause
adalah 51 tahun. Dengan demikian rata-rata siklus menstruasi wanita
lebih dari 450 kali sepanjang hidupnya. Bila seorang wanita merasakan sangat
sakit selama fase premenstruasi walaupun hanya untuk 2-3 hari saja, maka sindroma premenstruasi bisa menjadi masalah berat dalam hidup wanita. Selain itu, gejala
premenstruasi yang cukup parah
memiliki pengaruh negatif pada aktivitas sehari-hari
individu yang bersangkutan.
Fungsi sosial dan pribadi bisa
terganggu, prestasi kerja, aktivitas keluarga dan sosial serta hubungan seksual
sering terpengaruh
secara negatif. Sebanyak 80
persen wanita dengan sindroma premenstruasi melaporkan
berkurangnya produktifitas dan tingkat kehadiran kerja selama sekitar satu
minggu per bulan akibat gejala premenstruasi. Angka kejadian sindrom
premenstruasi berkisar 80 persen. Studi epidemiologi menunjukkan kurang lebih
20 persen dari wanita usia reproduksi mengalami gejala PMS sedang sampai berat.
Sekitar 3-8 persen memiliki gejala hingga parah yang disebut dysphoric disorder
(PMDD, Premenstrual Dysphoric Disorder). Di Indonesia, prevalensi sindroma
premenstruasi pada mahasiswi di Surabaya adalah 39,2% mengalami gejala berat
dan 60,8% mengalami gejala ringan.
Dampak sindroma premenstruasi
terhadap kegiatan akademik mahasiswi adalah penurunan konsentrasi belajar, peningkatanabsensi
kehadiran di kelas serta penurunan aktivitas di kampus. Hasil survey terhadap
242 pelajar di Jimma University, Ethiopia, dengan rata-ratausiaresponden 20
tahun didapatkan 99,6% partisipan mengalami sindroma premenstruasi. Sebagian
kecil responden mengalami satu gejala dari sekian banyak gejala sindroma
premenstruasi selama siklus menstruasi dalam 12 bulan terakhir. Dilaporkan 27%
dari partisipan mengalami premenstrual dysphoric disorder, 14% sering tidak
masuk kelas dan 15% tidak bisa mengikuti ujian karena beratnya sindroma
premenstruasi yang
di alami.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
konsep teori terjadinya Premenstrual Syndrome?
2.
Bagaimana asuhan
keperawatan pada Premenstrual Syndrome?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
konsep teori Premenstrual Syndrome
2.
Mengetahui asuhan
keperawatan pada Premenstrual Syndrome
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. PENGERTIAN
1.
Menstruasi
Menstruasi
adalah gejala periodik pelepasan darah dan mukosa jaringan dari lapisan dalam
rahim melalui vagina. Menstruasi diperkirakan terjadi setiap bulan selama masa
reproduksi, dimulai saat pubertas (menarche) dan berakhir saat menopause
kecuali selama masa kehamilan. Berdasarkan pengertian klinik, menstruasi
dinilai berdasarkan 3 hal : Siklus menstruasi, lama menstruasi, dan jumlah
darah yang keluar. (Sarwono, 2011).
Menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim yang
disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali
pada saat terjadi kehamilan. Menstruasi atau menstruasi merupakan salah satu
ciri kedewasaan perempuan. Menstruasi biasanya diawali pada usia remaja 9-12
tahun. Ada sebagian kecil yang mengalami lebih lambat dari itu, 13- 15 tahun
meski sangat jarang terjadi (Anurogo, 2011).
Kelenjar
pituitari di otak mulai memproduksi hormon yang menghasilkan sinyal kepada sel
telur untuk berfungsi. Interaksi antara hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan endometrium pada uterus menggumpal dan menebal untuk mengkapasitasi
pembuahan. Tetapi jika tidak dibuahi, terjadilah menstruasi. Menstruasi
bukanlah penyakit, tetapi dapat terjadi masalah - masalah menstruasi termasuk
perubahan lama siklus, aliran, warna atau konsistensi darah, dan sindrom
pramenstruasi (Rowland, 2001).
Siklus Menstruasi perempuan
rata rata menstruasi selama 28 hari. Hari pertama terjadinya
menstruasi dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1).
Menstruasi akan terjadi 3-7 hari. Hari terakhir menstruasi adalah waktu
berakhir sebelum mulai siklus menstruasi berikutnya. Rata- rata perempuan
mengalami siklus menstruasi selama 21-40 hari. Hanya sekitar 15 persen
perempuan yang mengalami siklus menstruasi selama 28 hari (Anurogo,
2011).Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 mL per hari tetapi
biasanya dengan rata-rata 35 mL per hari (Nugroho, 2010).
Siklus menstruasi dibagi menjadi empat fase yang
ditandai dengan perubahan pada endometrium uterus (1) fase menstruasi, (2) fase
proliferasi, (3) fase ovulasi, (4) fase pasca ovulasi (Proverawati, 2009).
Gambar 1.1.
Siklus Menstruasi (Clayton, 2008)
2. Premenstrual
Syndrome (PMS)
Sindrom
sebelum menstruasi atau biasa dikenal dengan Pre Menstrual Syndrome (PMS) sering berhubungan dengan naik
turunnya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi.
Estrogen berfungsi untuk menahan cairan yang dapat menyebabkan bertambahnya
berat badan, pembengkakan jaringan, nyeri payudara, hingga perut kembung.
Penyebab sindrom sebelum menstruasi yang paling sering berhubungan dengan
faktor-faktor sosial, budaya, biologis, dan masalah psikis emosional. PMS
sering terjadi pada perempuan usia subur dengan jumlah sekitar 70%-90%. Kondisi
ini lebih sering ditemukan pada perempuan yang berumur 20-40 tahun.
Jenis dan berat gejalanya tidak
sama pada setiap ka perempuan, tergantung pada kesehatan dan kondisi tar
masing-masing. Gejala-gejala yang sering dialami pada saat terjadi di PMS
adalah sakit punggung, perut kembung, payudara terasa penuh dan nyeri,
perubahan nafsu makan (dapat bertambah ataupun tidak mau makan sama sekali),
sakit kepala, pingsan, daerah panggul terasa sakit dan tertekan, kulit pada
wajah dan leher menjadi bengkak dan terasa memerah, sulit tidur, tidak
bertenaga, mual maupun muntah, serta kelelahan yang luar biasa, dan munculnya
jerawat. Selain itu, PMS juga disertai perubahan emosional, seperti mudah
marah, cemas, mudah tersinggung, depresi, stress, sulit berkonsentrasi, dan
bisa menjadi pelupa (Anurogo, 2011).
PMS adalah kombinasi gejala yang
terjadi sebelum menstruasi dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi
serta dialami oleh banyak wanita sebelum mulai setiap siklus menstruasi
(Brunner & Suddarth, 2001). PMS kadang-kadang berlangsung terus sampai
menstruasi berhenti (Prawiroharjo, 2005). Premenstrual syndrome merupakan suatu
keadaan yang menerangkan bahwa sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus
menstruasi. Biasanya, gejala tersebut muncul pada 7-10 hari sebelum menstruasi
dan menghilang ketika menstruasi dimulai (El Manan, 2011).
Sedangkan menurut Hacker et.al.
(2001), PMS adalah gejala fisik, psikologis dan perilaku yang menyusahkan yang
secara teratur berulang selama fase siklus menstruasi. Sekitar 5-10% wanita
menderita PMS yang berat sehingga mengganggu kegiatan sehari harinya.
B. MANIFESTASI KLINIS
Rayburn
(2001) mengklasifikasi gejala-gejala PMS berdasarkan gangguan pada fungsi fisik
dan emosional:
1. Gejala
Fisik
a. Perut
kembung
b. Nyeri
payudara
c. Sakit
kepala
d. Kejang
atau bengkak pada kaki
e. Nyeri
panggul
f. Hilang
koordinasi
g. Nafsu
makan bertambah
h. Tumbuh
jerawat
i. Sakit
pinggul Suka marah
j. Suka
makan manis atau asin Konsentrasi berkurang
2. Gejala Emosional
a. Depresi
b. Cemas
c. Mudah menangis
d. Sifat agresif atau suka memberontak
e. Pelupa
f. Tidak bisa tidur
g. Merasa tegang
h. Tumbuh rasa permusuhan
i. Konsentrasi berkurang
j. Suka marah
C. ETIOLOGI
PREMENSTRUAL SYNDROME
Etiologi premenstrual syndrome (PMS) belum
jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah
ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone dengan akibat retensi cairan
dan natrium, penambahan berat badan, dan kadangkadang edema (Wiknjosastro,
2005).
1. Faktor
– faktor yang mempengaruhi PMS
a. Kurangnya
hormon progesteron
Sebagian wanita yang
menderita PMS pun mengalami penurunan kadar progesteron. Salah satu untuk
penyembuhan kekurangan hormone progesteron ini yaitu dengan penambahan hormone
progesteron, tetapi hal ini tidak menuntut kemungkinan, karena wanita yang
mengalami PMS hebat dalam keadaan progesteron normal.
b. Meningkatnya
kadar estrogen dalam darah
Kadar estrogen yang
meningkat dalam darah menyebabkan gejala-gejala depresi dan khususnya gangguan
mental. Kadar estrogen yang meningkat dapat mengganggu proses kimia tubuh
termasuk vitamin B6 (piridoksin) yang berfungsi mengontrol produksi serotonin.
Serotonin sangat penting bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini
dalam jumlah cukup dapat mengakibatkan depresi.Vitamin B6 mempunyai pengaruh
positif pada sejumlah gejala yang timbul akibat PMS. Batas tertentu estrogen
menyebabkan retensi garam dan air serta berat badannya bertambah. Mereka yang
mengalami akan menjadi mudah tersinggung, tegang, perasaan tidak enak
(premenstrual syndrome).
c. Psikologis
Premenstrual sindrom
jelas dikeluhkan seorang wanita yang sedang mengalami konflik dengan lingkungan
kehidupan (Yatim, 2001). Kepribadian seseorang turut berkontribusi, terutama
pada yang bersifat tidak fleksibel (cenderung kaku) atau yang disebut sebagai
gangguan kepribadian. Individu dengan gangguan kepribadian akan lebih rentan
dan sulit beradaptasi dengan premenstrual
syndrome, dan tidak mudah menerima saran dan terapi (Elvira, 2010)
d. Sosial
Keluhan premenstrual
sindrom sangat dipengaruhi oleh tata cara atau kultur keluarga dan kehidupan
masyarakat sekitarnya ketika datang menstruasi, seperti bila seorang wanita
mengetahui saat-saat menjelang haid maka keluhannya akan lebih banyak dan berat
dibandingkan dengan wanita yang tidak mempedulikan saat-saat haid (Yatim,2001)
e. Diet
Faktor kebiasaan makan
seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu dan
makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001 dalam Supriyanto,2010).
Berbagai faktor gaya hidup tampaknya menjadikan gejalagejala lebih buruk,
termasuk stres, kurangnya kegiatan fisik dan diet yang mengandung gula,
karbohidrat yang diolah, garam, lemak, alkohol dan kafein yang tinggi (Health
Media Nutrition Series, 1996 dalam Maulana, 2008)
f. Defisiensi
zat gizi makro dan zat gizi mikro
Defisiensi zat gizi makro
(energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B (terutama B6),
vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat (Karyadi,
2007 dalam Supriyanto,2010)
g. Stres
Stres dapat berasal dari
internal maupun eksternal dalam diri wanita. Stres merupakan
predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi
fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut.Stres mungkin
memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual syndrome
(PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008)
Banyak dugaan bahwa sindroma
premenstruasi terjadi
akibat kombinasi dari berbagai faktor yang
kompleks dimana salah satunya adalah akibat perubahan hormonal yang terjadi
sebelum menstruasi. Selain faktor hormonal, peranan faktor gaya hidup
diantaranya aktivitas fisik dan mikronutrien juga tidak bisa diabaikan, olah raga teratur dapat
membantu mengurangi sindroma premenstruasi selain memberikan tubuh yang sehat. Penelitian Christiany,
dkk (2009) penyebab
sindroma premenstruasi berhubungan dengan beberapa faktor diantaranya
a. Faktor hormonal
Ketidakseimbangan kadar hormon estrogen dan
progesteron dimana estrogen sangat berlebih hingga melampaui batas normal
sedangkan progesteronkadarnyamenurun
b. Faktor kimiawi
Kadar serotonin yang
berubah-ubah selama siklus menstruasi, dimana aktivitas serotonin sendiri
berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan, kelelahan, agresif dan lain
sebagainya. Kadar serotonin yang rendah ditemukan pada wanita dengan sindroma
premenstruasi
c. Faktor genetik
Insiden sindroma
premenstruasi 2x lebih tinggi pada kelahiran kembar satu telur (monozigotik)
dibandingkan kelahiran kembar dua telur (dizigotik).
d. Faktor psikologis
Stress sangat besar
pengaruhnya terhadap sindroma premenstruasi. Gajala-gajala sindroma
premenstruasi akan makin nyata dialami oleh wanita yang terus menerus mengalami tekanan psikologi
e. Faktor Aktivitas Fisik
Kebiasaan olahraga yang
kurang dapat memperberat sindroma premenstruasi. Aktivitas fisik telah
direkomendasikan untuk mengurangi keparahan sindroma premenstruasi. Namun masih sedikit bukti yang
mendukung jelas hubungan aktivitas fisik dengan sindroma premenstruasi. Aktivitas fisik secara
teratur direkomendasikan untuk mengurangi kelelahan dan depresi terkait
sindroma premenstruasi. Beberapa sumber menyatakan latihan aerobik adalah alternatif
yang efektif untuk mengurangi sindroma premenstruasi. Beberapa mekanisine
biologis dapat menjelaskan hubungan aktivitas fisik dengan sindroma
premenstruasi. Aktivitas fisik dapat meningkatkan endorphin, menurunkan
estrogen dan hormon steroid lainnya, meningkatkan transportasi oksigen dalam
otot, mengurangi kadar kartisol dan meningkatkan.
D. PENGUKURAN PREMENSTRUASI SYNDROME
Kuesioner SPAF dan COPE termasuk instrumen penilaian
sindrom premenstruasi dengan validasi terbaik (Prawirohardjo,2005). Kuesioner
Shortened Premenstruasi Assessment Form (SPAF) terdiri atas 10 gejala sindrom
premenstruasi yang dirancang sekaligus diuji validitas dan reliabilitas oleh
Allen et al dan merupakan versi yang lebih sederhana dari kuesioner
premenstruasi assessment from (SPAF). Gejala yang terdapat pada kuesioner SPAF
adalah payudara terasa nyeri, kencang, atau membengkak; merasa tidak mampu
mengatasi atau kewalahan oleh tuntutan atau pekerjaan sehari-hari; merasa
tertekan atau stress; mudah marah atau tersiggung ; merasa sedih; nyeri
punggung ,otot, atau kaku sendi; peningkatan berat badan; perut terasa penuh ,
tidak nyaman, atau nyeri; pembengkakan kaki atau tangan; dan merasa kembung.
Masing-masing
gejala pada kuesioner SPAF ini dinilai dengan skala 1-6. Skala 1 menunjukkan
tidak muncul gejala sama sekali hingga skala 6 yang menunjukkan muncyl gejala
(Prawirohardjo,2005).
1 = tidak ada
premenstruasi syndrome
2 = sangat
ringan (gejala yang dialami hanya sedikit terasa)
3 = ringan
(gejala terasa, namun tidak mengganggu aktivitas sehari-hari)
4 = sedang (gejala
terasa dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari)
5 = berat
(gejala terasa sekali dan terjadi penurunan fungi, beberapa aktivitas sehari hari tidak bisa dilakukan)
6 = berat sekali ( gejala sangat terasa sekali ,tetapi terjadi
penurunan fungsi fisik dan psikis sehingga tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari)
Kriteria objektif:
1 = Tidak PMS jika score < 30
2
= PMS jika score ≥30
E.
TIPE
- TIPE PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)
Tipe dan gejala PMS bermacam-macam,
menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. 80% gangguan PMS termaksud
tipe A, penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang- kadang
seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara
bersamaan (Sibagariang dkk, 2010).
1.
PMS
tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif,saraf
tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai
sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan
hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan
dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesterone kadang dilakukan untuk
mengurangi gejala, tetapi beberapa peniliti mengatakan, pada penderita PMS bisa
jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak
mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
2.
PMS
tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung,
nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan
sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS
lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan diluar sel
(ekstasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita.
Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium
pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala
ini penderita di anjurkan menggurangi asupan garam dan gula pada diet makanan
serta membatasi minum sehari-hari.
3.
PMS
tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada
umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul
gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang
terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin
dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh
stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial
(omeha 6), atau kurangnya magnesium.
4.
PMS
tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam mengucapkan kata-kata
(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba
bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya
sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
5.
PMS
tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen,
dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan
hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan
penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama
B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium
dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS
tipe A.
F.
FACTOR
-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS)
PMS
adalah gangguan siklus yang umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan,
ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten. PMS secara luas
diartikan sebagai gangguan siklus berulang berkaitan dengan variasi hormonal
perempuan dan siklus menstruasi, yang berdampak pada emosional dan
kesejahteraan fisik dan jutaan perempuan selama masa reproduksi seorang
perempuan.
Gejala
PMS pada umumnya ialah rasa cemas, perasaan tidak menentu, mudah marah ,tagang,
sakit kepala, suka konsumsi makanan manis atau asin yang berlebihan ,
peningkatan nafsu makan, berat badan bertambah, paudara membengkak dan terasa
sakit jika disentuh, putting susu nyeri dan bengkak dan mudah lupa. Gejala PMS
ini jika dibiarkan, dampaknya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, mengganggu
hubungan dengan orang-orang terdekat dan jika dibiarkan akan menimbulkan
gangguan yang lebih parah, yang disebut dengan disforia premenstruasi (PMDD)
(Husna,2016).
Bagi
beberapa waita gejala PMS dapat terjadi cukup parah, sehingga dapat menimbulkan
dampak yang merugikan. Umumnya dampak dari PMS tersebut adalah gangguan
aktivitas harian, seperti penurunan produktivitas kerja, sekolah, dan hubungan
interperso penderita. Di samping itu PMS yang berat juga dapat berhubungan
dengan kasus bunuh diri yang tinggi, tingkat kecelakaan, dan masalah kejiwaan
akut. Disamping itu penderita PMS juga banyak mengalami gangguan hobi,
peningkatan frekuensi kunjungsn ke dokter rawat jalan dan peningkatan hari
tidak berkerja dengan alas an Kesehatan.
Kemudian
khususnya untuk para remaja putri yang bersekolah, PMS dapat mengganggu
kualitas Kesehatan,konsentrasi, prestasi dan keaktifan kegiatan belajar di
sekolah. Siswi dengan gangguan premenstruasi mengalami beberapa penurunan,
seperti; kondisi mental, vatalitas, peran fisik, fungsi sosial, dan kesehatn
secara keseluruhan (Ratikasari,2015). Menurut dewi (2009) beberapa factor yang
merupakan predisposisi terjadinya PMS antara lain:
1.
Wanita
yang pernah melahirkan PMS makin berat setelah melahirkan beberapa
anak,terlebih bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti
preeklamsi.
2.
Status
perkawinan Wanita yang telah menikah lebih sering mengalami PMS dibandingkan
yang belum.
3.
Usia
PMS semakin sering dan menggangu dengan bertambanya usia, terutama pada usia
35-40 tahun.
4.
Stress
Stress memperberat gangguan PMS
5.
Diet
Kebiasaan makan seperti gula,garam,kopi,the,coklat,minuman bersoda,produk
olahan memperberat gejala PMS.
6.
Defiseinsi
zat gizi Kekurangan zat gizi seperti Vitamin B (terutama B6), Vitamin E,
Vitamin C, magnesium, zat besi, asam lemak linoleate memperberat gejala PMS.
7.
Kegiatan
fisik Kurang berolahraga dan kegiatan fisik menyebabkan semakin beratnya PMS
8.
Kebiasaan
merokok Kebiasaan merokok memperberat gejala PMS
Penyebab dari PMS adalah; factor homonal (ketidak
seimbanan antara hormonal estrogen dan progesterone), factor kimiawi (factor
kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS. Bahan-bahan kimia tertentu didalam
otak seperti serotonin, berubah-ubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat
mempengaruhi sesuasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan,
ketertarika, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur, agresif
dan peningkatan selera,factor genetic, fektor psikologis dan factor gaya hidup.
Wanita yang menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari sampai dua minggu
sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai gejala dari depresi dan
kekhawatiran.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut (Sylvia,
2010: 26), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
- Terapi Obat
Menggunakan analgesik (yang dapat dibeli bebas).
Pengobatan PMSS dapat menggunakan anagesik (obat penghilang rasa sakit) dan
bersifat simptomatis, hanya membantu mengatasi rasa nyeri dan gejala sedang
lainnya serta bersifat sementara. Analgesik yang dijual bebas seperti
paracetamol, asetaminofen dapat digunakan untuk mengatasi nyeri. Nmaun
analgesik yang dijual bebas tidak efektif terhadap beberapa gejala fisik atau
emosional yang lebih parah.
- Menggunakan Anti depresi
Obat anti depresi seperti selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRIs) dapat digunakan setiap hari atau selama 14 ahri sebelum
menstruasi. SSRIs membantu mengurangi dampak perubahan hormon pada zat kimiawi
otak (neurotransmitter), misalnya serotonin. Selain itu, anti depresi non SSRIs
juga dapat digunakan untuk pengobatan PMS. Penggunaan kedua obat jenis ini
harus dengan pengawasan dan resep dokter.
- Vitamin B6
Vitamin B6 berperan sebagai kofaktor dalam proses akhir
pembentukan neurotransmitter, yang akan mempengaruhi sistem endokrin otak agar
menjadi lebih baik.
- Menggunakn kontrasepsi Oral
Pil kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi
progestin-drospirenon dapat membantu mengatasi berbagai gejala pra-menstruasi yang
parah atau berat
- Psikoterapi
Psikoterapi, merupakan suatu pengobatan yang diberikan
dengan cara-cara psikologik. Untuk PMS dapat diberikan berupa
a.
Terapi
relaksasi
Terapi relaksasi bermanfaat meredakan secara relatif
cepat ketegangan yang dialami seorang perempuan saat mengalami PMS, namun hal
itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap hari. Prinsipnya adalah
melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu memngeluarkannya
dengan lambat pula), mmengendurkan seluruh otot tubuh dan mensugesti pikiran ke
arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. Dalam proses terapi, dokter
akan membimbing seorang perempuan melakukan ini secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung 20-30 menit atau lebih lama lagi. Setelah itu, perempuan tersebut
diminta untuk melakukannya sendiri dirumah setiap hari, sehingga bila PMS
muncul kembali, tubuh sudah siap bila “diajak” untuk rileks atau santai
b.
Terapi
kognitif perilaku
Pemilihan terapi ini berdasarkan kondisisaat itu,
motivasi individu, kepribadiannya, serta tentunya pertimbangan dokter yang akn
melakukannya. Kedua jenis terapi ini akan berhasil bila motivasi individu yang
akan dibantu itu tinggi serta bersedia bekerja sama dengan terapis atau
dokternya.Pada terapi kognitif perilaku, individu diajak untuk bersama-sama
melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu membentuk kembali pola perilaku dan
pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional. Terapi
biasanya berlangsung 30-45 menit. Individu kemudian diberi pekerjaan rumah yang
harus dibuat setiap hari. Pekerjaan rumah ini akan dibahas pada kunjungan
konsultasi berikutnya. Biasanya terapi ini memerlukan 10-15 kali pertemuan,
bisa kurang dari itu namun dapat pula lebih, tergantung pada kondisi individu
yang mengalaminya
c.
Psikoterapi
dinamik
Pada psikoterapi dinamik, individu diajak untuk lebih
memahami diri dan kepribadiannya, bukan sekedar menghilangkan gejalanya semata.
Pada psikoterapi ini, biasanya individu lebih banyak berbicara, sedangkan
dokter lebih banyak mendengar, kecuali pada individu yang benar-benar pendiam,
maka dokter yang lebih aktif. Terapi bulan bahkan bertahun. Hal ini tentu
memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan dokternya, serta
kesabaran kedua belah pihak.
H. PENCEGAHAN
Pencegahan PMS dapat dilakukan dengan cara :
- Modifikasi Gaya Hidup Gaya hidup sehari-hari perlu diatur untuk
meminimalkan gejala yang timbul akibat perubahan hormonal. Pola hidup
sehat seperti mengurangi kafein memperbanyak waktu istirahat untuk
menghindari kelelahan dan mengurangi stress berperan dalam terapi PMS.
- Pola Diet Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita PMS
bervariasi pada setiap wanita, dan karena wanita yang mengalami PMS dapat
memiliki kondisi utama lain seperti hipoglikemia dan tekanan darah tinggi,
pengaturan dan penelitian khusus perlu dipriritaskan untuk membuat suatu
rekomendasi makanan. Penurunan asupan gula, garam, karbohidrat
(nasi,kentang,tori) dapat mencegah edema (bengkak), serta penurunan
konsumsi kafein (kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan
ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur).
- Olahraga Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
Dapat berupa jalan sehat, berlari, bersepeda atau berenang. Beberapa
wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami PMS dapat
membantu relaksasi dan tidur di malam hari (Maulidah, 2016).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Tanyakan
riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita mengenai kondisinya, pengaruh
budaya atau etnis, gaya hidup dan pola adaptasi. Evaluasi seberapa berat rasa
nyeri atau perdarahan yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-hari.
Tuliskan berbagai pengobatan rumah dan obat-obatan yang digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi,
perilaku, fisik, pola diet, pola latihan dan pola istirahat, merupakan alat
diagnostik yang bermanfaat (Lowdermilk, 2013).
B.
DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan untuk wanita yang mengalami
gangguan menstruasi menurut Bobak (2004) meliputi:
1.
Nyeri
akut yang berhubungan dengan gangguan
menstruasi
2.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
psikologis PMS
3.
Risiko
tinggi gangguan citra
tubuh berhubungan dengan Persepsi
lain tentang rasa tidak nyamannya
C.
INTERVENSI
Asuhan keperawatan
pada kasus PMS yang dapat diberikan menurut Proverawati (2009),
yaitu:
1.
Jelaskan
pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
2.
Pemberian
analgesik dan tokolitik
3.
Anjurkan
klien untuk berolahraga ringan seperti senam, berjalan kaki, bersepeda, atau
berenang
4.
Anjurkan
klien untuk cukup istirahat
5.
Anjurkan
klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran hijau
6.
Anjurkan
klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa nyeri
Menurut SIKI DPP PPNI (2018) Intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan diatas :
1.
Nyeri
akut yang berhubungan dengan gangguan
menstruasi
Outcome
Tingkat Nyeri Menurun (L.08066)
Intervensi
Keperawatan
A.
Manajemen Nyeri (I. 08238)
a. Observasi
1)
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2)
Identifikasi skala
nyeri
3)
Identifikasi
respon nyeri non verbal
4)
Identifikasi
faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5)
Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6)
Identifikasi
pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7)
Identifikasi
pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8)
Monitor
keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9)
Monitor efek
samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik
1)
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2)
Control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3)
Fasilitasi
istirahat dan tidur
4)
Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
1)
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2)
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3)
Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4)
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5)
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu
B.
Pemberian Analgetik (I.08243)
a. Observasi
1)
Identifikasi
karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
2)
Identifikasi
riwayat alergi obat
3)
Identifikasi
kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4)
Monitor
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
5)
Monitor
efektifitas analgesik
b. Terapeutik
1)
Diskusikan jenis
analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
2)
Pertimbangkan
penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam
serum
3)
Tetapkan target
efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
4)
Dokumentasikan
respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
c. Edukasi
Jelaskan
efek terapi dan efek samping obat
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
2.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
psikologis PMS
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 3 kali pertemuan perawatan
diri meningkat
dengan kriteria hasil
Mempertahankan kebersihan diri sesudah melakukan aktivitas toileting meningkat
(SLKI 2018)
Intervensi
a.
Dukungan Perawatan Diri
1)
Observasi: Identifikasi kebiasaan perawatan diri
mulai dari mandi, toileting dan berpakaian bersih sesuai usia
2)
Terapeutik:
a)
Dukung penggunaan toilet secara konsisten
b)
Jaga privasi klien
c)
Latih kebiasaan mandi, toileting dan berpakaian
bersih sesuai jadwal
3)
Edukasi:
a)
Anjurkan perawatan diri berupa mandi, toileting dan
berpakaian bersih secara rutin
b)
Anjurkan ke kamar mandi/toilet secara mandiri
c)
Ajarkan mencuci tangan dengan 6 langkah (SIKI 2018)
3.
Risiko
tinggi gangguan citra
tubuh berhubungan dengan Persepsi
lain tentang rasa tidak nyamannya
Outcome Harapan Meningkat (L.09068)
Intervensi Keperawatan
a.
Promosi Citra
Tubuh ( I.09305)
1)
Observasi
a)
Identifikasi
harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
b)
Identifikasi
budaya, agama, jenis kelami, dan umur terkait citra tubuh
c)
Identifikasi
perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
d)
Monitor frekuensi
pernyataan kritik tehadap diri sendiri
e)
Monitor apakah
pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
2)
Terapiutik
a)
Diskusikan
perubahn tubuh dan fungsinya
b)
Diskusikan
perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
c)
Diskusikan akibat
perubahan pubertas, kehamilan dan penuwaan
d)
Diskusikan kondisi
stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis.luka, penyakit, pembedahan)
e)
Diskusikan cara
mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
f)
Diskusikan
persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
3)
Edukasi
a)
Jelaskan kepad
keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
b)
Anjurka mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
c)
Anjurkan
menggunakan alat bantu (misalkan pakaian, wig, kosmetik)
d)
Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung (mis. Kelompok sebaya).
e)
Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
f)
Latih peningkatan
penampilan diri (mis. berdandan)
g)
Latih pengungkapan
kemampuan diri kepad orang lain maupun kelompok.
D.
EVALUASI
Pelayanan telah
efektif ketika wanita melaporkan peningkatan dalam kualitas hidupnya kemampuan
perawatan diri, dan konsep diri serta gambaran tubuh yang positif (Lowdermilk,
2013).
DAFTAR PUSTAKA
Hafidah, Ekayanti. 2020. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada Sindrom
Premenstruasi terhadap Kinerja Perawat Intensive Care Unit di Rumah Sakit Kota
Makassar : Akademi
Keperawatan Makassar.
Trisnowati
, Tatik dkk. 2020. Jurnal
Kesehatan Indonesia Pengaruh
Tugas Akhir Terhadap Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) dan Perilaku Saat PMS : Insan Husada Surakarta
Nursing Academy
Ramdany, Mery. 2013. Jurnal Premenstrual
Syndrome (PMS) : Staff Pengajar Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Pramono,
N. Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia. 2002. Makalah Pidato
Pengukuhan. Semarang : FK Universitas Diponegoro
Dinkes
Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2017/13_Jateng_2017.pdf
Sugiyono.
2007. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta;
Undang-Undang
no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta;
Anurogo,
D, dan Wulandari, A. 2011.
Cara
Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Saryono. 2009. Sindrome Premenstruasi.
Yogyakarta: Nuha medika
Niven,
Neil. 2002. Psikologi
Kesehatan Keperawatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan lain.
Jakarta: EGC
Johnson
S,. 2010. Premenstrual syndrome (premenstrual
tension).2004 http://www.health.am/gyneco/more/premenstr
ual-syndroma-premenstrual-tension
KrollA.
Recreational physical activity and premenstrual syndrome incollege-aged women.
The Graduate School ofthe University of Massachusetts
Ramadani,M,
Triana,V, Diana,F. 2011. Hubungan
aktivitasfisik, asupan kalsium dan magnesium dengan sindrom pramenstruasi
mahasiswi PSIKM FK UNAND Tahun 2011. FKM UniversitasAndalas. Padang
Mulyani,
S. 2008.
Aktivitas fisik intensitas tinggi sebagai faktor resikoterhadap gangguan siklus
menstruasi.Naskah Publikasi. FK Universitas Sebelas Maret.Surakarta
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA
international Nursing Diagnoses: Definitions & classification,
2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher,
L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia
Posting Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)"