MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD)
dicirikan sebagai tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas
yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan, dan gangguan ini dapat terjadi
disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus,
gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 2008). ADHD adalah
salah satu alasan paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh
para professional kesehatan mental. Konsensus pendapat professional menyatakan
bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD
(Martin, 2009).
Sebagian
besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat
tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar
30-40% dari anak dengan ADHD lambat laun menunjukkan perbaikan dalam perhatian
dan kegiatannya. Namun bila dibiarkan akan berdampak pada prestasinya di
sekolah. Anak tidak dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan
kemampuannya, ataupun mengalami kesulitan belajar. Akibat lain anak dapat tidak
naik kelas dan cukup besar kemungkinan untuk drop out dari sekolah dengan
segala permasalahan yang akan timbul. Di beberapa negara lain, penderita ADHD
jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat,
jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika
Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila
dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita ADHD atau hiperaktif.
"Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak
hiperaktif cenderung meningkat” (Pikiran Rakyat, 2009).
Anak
dengan ADHD di Indonesia jumlahnya semakin meningkat menjadi sekitar 5% yang
berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai
faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh
alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3 dan alergi terhadap suatu makanan
(Verajanti, 2008). Dengan terus meningkatnya jumlah anak dengan ADHD, dimana
anak ADHD kebanyakan mengalami keterlambatan perkembangan, gangguan motoric,
kesulitan konsentrasi dan gangguan sehingga sebagai perawat kita memiliki peran
penting terutama sebagai konselor dan pemberi edukasi dalam tata laksana keperawatan
pada anak dengan ADHD, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak
dengn ADHD.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Konsep Teori Anak dengan Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD)?
2. Bagaimana
Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak Anak dengan Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (ADHD)?
C. Tujuan
1. Mengetahui
Konsep Teori Anak dengan Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD)
2. Mengetahui
Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak Anak dengan Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (ADHD).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder
(ADHD) merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan
gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini
dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal
atau disfungsi serebral minimal (Nelson, 2009). Attention Deficit Hyperaktivity
Disorder (ADHD) atau anak hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku
yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau
diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsive
(Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari”). Hiperaktif
adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis
dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian (Sani Budiantini Hermawan,
2008).
Jadi yang dimaksud dengan Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (ADHD) atau hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif
selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang
disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Ada
tiga tipe anak ADHD yaitu:
1. Tipe
anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka
sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.
Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri: tidak mampu memusatkan
perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih
perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat digambarkan
sedang berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi
karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
2. Tipe
anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka
menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan
perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil. Anak dalam tipe
ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari, melompat
seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia juga impulsif: melakukan
sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan, tak
bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat
belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti
pelajaran.
3. Tipe
gabungan (kombinasi)
Mereka
sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan
anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri
berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau
menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu
aktif secara berlebihan dan impulsif.
B. Etiologi
1. Faktor
neurologic
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi
didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya
proses persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan
normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat.
Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah
terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama
dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses
konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di
daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal,
daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
2. Faktor
toksik
Beberapa zat makanan seperti
salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku
hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak
yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada
saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3. Faktor
genetic
Didapatkan korelasi yang tinggi dari
hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih
sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan
menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4. Faktor
psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan
hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya.
C. Epidemiologi
Angka
kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %.
Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di
Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.
Berdasarkan
DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) edisi IV pada tahun
2004, prevalensi ADHD pada anak sekolah di seluruh dunia dilaporkan sekitar
3-7% dan di Amerika prevalensi ADHD dilaporkan sekitar 2-26%. Kejadian ADHD di
negara-negara lain bervariasi antara 2-20%. Di Indonesia belum ada data yang
akurat mengenai jumlah anak ADHD. Namun, berdasarkan survey yang dilakukan
Saputro (2009), angka kejadian anak ADHD pada populasi anak Sekolah Dasar yaitu
16,3% (sekitar 3,5 juta) dari total populasi 25,85 juta anak.
Berdasarkan
jumlah tersebut, 30%- 80% diagnosis menetap hingga usia remaja dan 65% hingga
usia dewasa. Berdasarkan Permendiknas 58 tahun 2009 menyatakan bahwa, tingkat pencapaian
perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dapat
dicapai anak dengan usia tertentu melalui keterlibatan orang tua dan orang
dewasa atau orang yang berada disekitar lingkungan anak. Salah satu kunci utama
kesuksesan dalam pengasuhan adalah komunikasi ketika orang tua mampu
berkomunikasi dengan baik pada anak maka, segala permasalahan yang terjadi
dalam proses perkembangan anak dapat terselesaikan dengan baik (Rani Razak,
2014).
D. Patofisiologi
Penyebab
pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area kortek frontal,
seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri,
merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi
ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi
retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi Sebagian atau seluruh area
ini, sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD. Sebagaimana yang
diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk mengatur agar pusat perhatian
pada perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat keputusan yang baik, membuat
suatu rencana, belajar dan mengingat apa yang telah kita pelajari, serta dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat.
Mekanisme
inhibisi di kortek befungsi untuk mencegah agar kita tidak hiperaktif,
berbicara sesuatu yang tidak terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak
tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30
% yang lain. Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan ”dis-inhibitor
disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat keputusan yang
buruk, hiperaktif, dan lain-lain. Sedangkan sistem limbik mengatur emosi dan kewaspadaan
seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi secara berlebihan, maka seseorang
memiliki mood yang labil, temperamen yang meledak-ledak, menjadi mudah
terkejut, selalu menyentuh apapun yang ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan
berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur perubahan emosional yang normal,
level energi normal, rutinitas tidur normal, dan level stress yang normal.
Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya masalah pada hal
tersebut. Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek
prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan aktivasi. Selama
pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang berasal dari isyarat
sensorik. MRI pada penderita ADHD juga menunjukkan aktivitas yang melemah pada
korteks prefrontal inferior kanan dan kaudatum kiri.
Neurotransmiter
utama yang teridentifikasi lewat fungsi lobus frontal adalah katekolamin.
Neurotranmisi dopaminergik dan noradrenergik terlihat sebagai fokus utama
aktifitas pengobatan yang digunakan untuk penanganan ADHD. Dopamin merupakan
zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan sosial, serta
mengontrol aktivitas fisik. Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi,
memusatkan perhatian, dan perasaan. Dukungan terhadap peranan norepinefrin
dalam menimbulkan ADHD juga ditunjukkan dari hasil penelitian yang menyatakan
adanya peningkatan kadar norepinefrin dengan penggunaan stimulan dan obat lain
seperti desipramine efektif dalam memperbaiki gejala dari ADHD. Pengurangan
gejala juga terlihat setelah penggunaan monoamine oxidase inhibitor, yang
mengurangi pemecahan terhadap norepinefrin sehingga kadar norepinefrin tetap
tinggi dan menyebabkan gejala ADHD berkurang.
Anak
dengan ADHD mengalami gejala kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas yang ditandai
dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Untuk mendapatkan diagnosa yang tepat tentang ADHD,
ahli medis seperti dokter anak dan psikiater akan melakukan serangkaian
pemeriksaan berupa wawancara dan observasi. Walaupun ADHD tidak bisa
disembuhkan, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengendalikan
gejala ADHD. Tujuan penatalaksanaan anak dengan ADHD yaitu untuk meningkatkan
rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan belajar, dan menjaga mereka dari
tingkah laku yang dapat membahayakan diri mereka sendiri (Tanoyo,
Diana. 2005).
E. Manifestasi
Klinis
Menurut (Zafiera, 2007) dalam buku
Anak Hiperaktif bahwa ciri anak hiperaktif atau anak dengan Attention
Deficit And Hyperactivity Disorder (ADHD) diantaranya:
1. Tidak
fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak
bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki fokus yang jelas dan
melakukan sesuatu tanpa tujuan dan cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi
dengan baik.
2. Sulit
untuk dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu
bergerak. Keinginannya harus segera dipenuhi. Tidak bisa diam dalam waktu lama
dan mudah teralihkan.
3. Impulsif
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba
tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Selalu ingin meraih dan memegang apapun yang
ada didepannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia
prasekolah dasar atau sebelum mereka berusia 7 tahun.
4. Menentang
Umumnya memiliki sikap penentang atau
pembangkang atau juga tidak mau dinasehati. Penolakannya ditunjukan dengan
sikap cuek.
5. Destruktif
Destruktif atau merusak barang
seperti mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan sangat besar.
6. Tidak
kenal lelah
Sering tidak menunjukan sikap lelah,
hal inilah yang sering kali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup
merespon perilakunya.
7. Tidak
sabar dan usil
Ketika bermain tidak mau menunggu
giliran, tetapi langsung merebut. Sering pula mengusili teman-temannya tanpa
alasan yang jelas
Ukuran
objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini
memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan
anak–anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan
kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka
mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat
impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau
merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah
terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–orang yang
labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk
bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara
sosial mereka bersikap kaku.
Beberapa
orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering
terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan psikososial yang
mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–lebihan,
namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan
sembrono. Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan
biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku
mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta
guru dan pengasingan social oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara
kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan
banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu
mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga.
Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta
mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.
Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca
matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat
tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan
dari kecerdasan mereka yang diukur.
F. Dampak
Dampak anak yang mengalami ADHD
adalah sebagai berikut
XXXXXXXXXXXHubungi Kami Untuk Memperoleh Ijin CopyXXXXXXXXXXXX
H. Penatalaksanaan
1.
Keperawatan
a. Pengobatan
serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami gangguan
hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas
penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut
haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
b. Anak
tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut jadwal
yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu
diberikan kata-kata pujian.
c. Perangsangan
yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah dihindarakan, anak
tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain terutama sekali
setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras
d. Periode
sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan
acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang keras dan
jungkir balik.
e. Lingkungan
di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-barang yang
membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
f. Tehnik-tehnik
perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan memberikan hadiah
kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai
kemajuan dalam tingkah laku mereka.
2. Medis
a. Terapi
farmakologi:
Farmakoterapi
kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif.
Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,
magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh
sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada
rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka
biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu
2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan
terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
b. Dosis
Dosis
yang diberikan pada setiap obat adalah berbeda. Obat tersebut diberikan setelah
makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu
makan dan tidur penderita.
1)
Metilfenidat:
dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing anak akan
tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis pada awalnya mereka
diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak
ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang
waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah
15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan
dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah
berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka
akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
2)
Dekstroamfetamin:
dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi
sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga
penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan
pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara
10-20 mg/jam
3)
Magnesium pemolin:
dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya
dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu
untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut
adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang
meningkat.
4)
Fenotiazin:
dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek sampingnya
yaitu perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian
obat-obatan tersebut diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri
perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka
terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan
pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau penghentian
pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.
BAB
III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada anak
dengan Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (ADHD)
yaitu meliputi:
1.
Identitas
Anak
2.
Keluhan
utama
3.
Riwayat
Penyakit Sekarang
4.
Riwayat
Penyakit Dahulu
5.
Pemeriksaan
Fisik meliputi pemeriksaan tanda tanda vital
6.
Pengkajian
Perkembangan anak
Menurut
Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak
antara lain:
a. Neonatus
(0-28 hari)
1) Apakah
ketika lahir neonatus menangis?
2) Bagaimana
kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana
kemampuan menghisap?
4) Kapan
mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana
kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis tengah
bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan)?
6) Bagaimana
kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau bel)?
7) Bagaimana
kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap muka
untuk mengenali seseorang?
b. Masa
bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
1) Bayi
usia 1-4 bulan.
a) Bagaimana
kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap,
mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri, komtrol kepala
sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha
untuk merangkan)?
b) Bagaimanan
kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti objek
dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam
mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang
benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan meskipun hanya sebentar)?
c) Bagimana
kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan tersenyum, dapat berbunyi
huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan
berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh)?
d) Bagaimana
perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: mengamati tangannya, tersenyum
spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia,
meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus
tidur bangun , menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah
yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya,
diam saja ketika ada orang asing)?
2) Bayi
Umur 4-8 bulan
a) Bagaimana
perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup di alas dan sudah
mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan
pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah
mulai bisa duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit
dengan kepala tegak, berkonsentrasi beban pada kaki dan dada terangkat dan
bertumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari
terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat)
b) Bagaimana
perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah mulai mengamati benda, mulai
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda
yangsedang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan
kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan
sebagai satu kesatuan, mentransfer obajek dari satu tangan ke tangan yang
lain)?
c) Bagaimana
kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan suara atau kata-kata, menolek ke
arah suara dan menoleh ke arah sumber suara, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan
dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d) Bagaimana
kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang
asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah
frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3) Bayi
Umur 8-12 bulan
a) Bagaimana
kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan
pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri)?
b) Bagaimana
kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila
diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan
jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c) Bagaimana
perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai mengatakan papa mama yang belum
spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2
kata)?
d) Bagaimana
perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk
tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang)?
c. Masa
Toddler
1) Bagaimana
perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak,
mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari
kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
2) Bagaimana
perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba menyusun atau membuat menara
pada kubus)?
3) Bagaimana
kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu
menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu
menunjukkan lambaian anggota badan)?
4) Bagaimana
kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di rumah,
menyuapi boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba memakai baju)?
d. Masa
Prasekolah (Preschool)
1) Bagaimana
perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan satu
kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari
kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan)?
2) Bagaimana
perkembangan motorik halus anak (misalnya: kemampuan menggoyangkan jari-jari
kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan
menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke
dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan
sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
3) Bagaimana
perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu menyebutkan empat gambar,
menyebutkan satu sampai dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat
dan sebagainya, menggunakan suara yntum mengidentifikasi objek, orang dan
aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons
terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
4) Bagaimana
perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain dengan permainan
sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya
tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan mengenali anggota
keluarga)?
e. Masa
Sekolah
1) Bagaimana
kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah?
2) Bagaimana
kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah?
3) Bagaimana
kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?
4) Bagaimana
kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
5) Bagaimana
rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
6) Bagaimana
kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah?
7) Bagaimana
ketrampilan membaca dan menulis anak?
8) Bagaimana
kemampua anak dalam belajar di sekolah?
f. Masa
Adolensence
1) Bagaimana
kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri?
2) Bagaimanan
kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan fungsi
tubuh yang dialami?
3) Bagaimana
kematangan identitas seksual?
4) Bagaimana
remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja?
5) Bagaiman
kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah, memasak)?
7. Pengkajian
Lainnya
a. Penampilan
umum dan perilaku motoric
1) Anak
tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat
mencoba melakukannya.
2) Anak
mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit
tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
3) Kemampuan
anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan
gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
4) Percakapan
anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak
dapat tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya.
b. Mood
dan afek
1) Anak
mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.
2) Ansietas,
frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
3) Anak
tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit
kontrol terhadap perilaku tersebut.
4) Usaha
untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan.
c. Proses
dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada
area ini meskipun sulit untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas
anak dan usia atau tingkat perkembangan.
d. Sensorium
dan proses intelektual
1) Anak
waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti
halusinasi.
2) Kemampuan
anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata.
3) Rentang
perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada
bentuk gangguan yang lebih ringan.
4) Mungkin
sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu,
karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat
berhenti memikirkan sesuatu.
5) Anak
yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas.
e. Penilaian
dan daya tilik diri
1) Anak
yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali
tidak berpikir sebelum bertindak
2) Mereka
mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari
ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
3) Meskipun
sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
4) Anak
yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan
anak seusianya.
5) Sebagian
besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku
mereka berbeda dari perilaku orang lain.
6) Anak
yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.
f. Konsep
diri
1) Hal
ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga
diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
2) Karena
mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa
terkucil sana merasa diri mereka buruk.
3) Reaksi
negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang
buruk dan bodoh.
g. Peran
dan hubungan
1) Anak
biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.
2) Anak
sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan
dengan saudara kandung dan orang tua.
3) Orang
tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku
buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.
4) Secara
umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas
pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul
orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
5) Orang
tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
6) Guru
serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
meningkatkan penolakan anak.
7) Pertimbangan
fisiologis dan perawatan diri
8) Anak
yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk
makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah
penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi.
Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat
cedera fisik.
B. Analisa
Data
Analisa
Data Anak Dengan ADHD
NO. |
Data
Subjektif |
Data
Objektif |
Etiologi |
Masalah |
1 |
Keluarga
mengatakan anak susah dinasehati, membentak dan menjauh jika dinasehati |
Kemampuan
anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan
gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan. |
Koping
individu tidak efektif |
Harga
diri rendah |
2 |
Keluarga
mengatakan anak sering berlari lari, tidak bisa diam dan duduk tenang |
a. Anak
tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat
duduk di kursi. b. Anak
mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit
tujuan atau tanpa tujuan yang jelas. |
Hiperaktivitas
dan perilaku impulsif. |
Risiko
cedera |
3 |
Keluarga
mengatakan anak tidak bisa tidur malam secara normal, susah tidur dan sering
terbangun di malam hari |
Anak tampak terdorong untuk terus
bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku
tersebut. Mata
merah dan bicara tidak jelas |
Ansietas
dan hiperaktif |
Gangguan
pola tidur |
4 |
Keluarga
mengatakan anak tidak bisa berbicara jelas, dan bicara melompat-lompat secara
tiba-tiba |
Percakapan anak melompat-lompat
secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur
atau terlambat tingkat perkembangannya |
Ancaman
konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan. |
Ansietas |
5 |
Keluarga
mengatakan anak tidak suka di nasehati |
a. Anak tampak
suka menertawakan dan mengkritik orang lain. b. Anak
berinteraksi dengan orang lain dengan situasi-situasi kelompok tanpa bersikap
defensif. |
Harga
diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang
mengakibatkan penurunan makna diri. |
Koping
defensif |
Tabel 1.1 Analisa Data
C. Diagnosa
Keperawatan
1. Harga
diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
2. Risiko
cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
3. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
4. Ansietas
(sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan
anak yang tidak memuaskan.
5. Koping
defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan
balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri.
D. Intervensi
Keperawatan
No |
Diagnosa
Keperawatan |
Rencana
Tujuan Dan
Kriteria Hasil |
Intervensi
Keperawatan |
Rasional |
1 |
Harga diri rendah situasional
berhubungan dengan koping individu tidak efektif |
Tujuan
: Anak
memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang,
dengan kriteria hasil : 1. Ekspresi
verbal dari aspek-aspek positif tentang diri, pencapaian masalalu dan
prospek-prospek masa depan 2. Mampu
mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri 3. Anak
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut
yang ektrim terhadap kegagalan. |
1. Pastikan
bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapai adalah realistis. 2. Sampaikan
perhatian tanpa persyaratan untuk anak. 3. Sediakan
waktu bersama anak, ajak anak untuk terapi aktivitas kelompok untuk
mengidentifikasi aspek aspek positif pada diri anak. 4. Temani
anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak. 5. Bantu
anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme bersikap
membela. 6. Memberikan
dorongan dan dukungan kepada anak dalam mengalami rasa takut terhadap
kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan
tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil
dengan penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan. 7. Beri
umpan balik positif kepada anak jika melakukan perilaku yang mendekati
pencapaian tugas. |
1. Hal
ini penting untuk anak untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas
di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat
meningkatkan harga diri anak. 2. Komunikasi
dari pada penerimaan Anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang berguna
dapat meningkatkan harga diri. 3. Hal
ini untuk menyampaikan pada anak bahwa Anda merasa bahwa dia berharga untuk
waktu Anda. 4. Aspek
positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk merubah
karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif. 5. Memberikan
bantuan yang positif untuk identifikasi amsalah dan pengembangan dari
perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu
meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang
dapat diterima oleh anak. 6. Pengakuan
dan pengyatan positif meningkatkan harga diri. 7. Pendekatan
ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan yang
beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal
ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada anak saat ia menunjukkan
harapan yang sebenarnya secara bertahap. |
2 |
Risiko cedera berhubungan dengan
hiperaktivitas dan perilaku impulsif. |
Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri
atau orang lain dengan kriteria hasil : 1. Darurat
dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu melakukan regresi. 2. Anak
mencari staf untuk mendiskusikan perasaan – perasaan yang sebenarnya 3. Anak
mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku
maladaptif diri sendiri. |
1. Observasi
perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari
dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecugiaan. 2. Observasi
perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri. 3. Identifikasi
alat/ barang di sekitar anak, yang memungkinkan digunakan untuk bunuh diri. 4. Dapatkan
kontrak verbal atau tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk
tidak mencelakakan diri sendiri dan menyetujui untuk menemukan staf pada
kondisi dimana pemikiran kearah tersebut muncul. 5. Bantu
anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-perasaan
tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu: buku
catatan kemarahan “dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan. 6. Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi
yang sesuai dari percobaan. 7. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya
dari lingkungan anak. 8. Coba
untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas anak (mis. Kantung anak
untuk latihan tinju, jogging, bola voli). 9. Usahakan
untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai
meningkat. |
1. Anak-anak
pada resiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang
seksama untuk mecegahtndiak yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang
lain. 2. Pernyataan
verbal seperti “Saya akan bunuh diri,” atau “Tak lama ibu saya tidak perlu
lagi menyusahkan diri karena saya” atau perilaku-perilaku non verbal seperti
membagi-bagikan barang- barang yang disenangi. 3. Anak
yang memiliki rencana yang dapat digunakan adalah beresiko lebih tinggi dari
pada yang tidak. 4. Diskusi
tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya
memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak 5. Diskusikan
apapun data dengan anak anjurkan juga respon-respon perilaku alternatif yang
diidentifikasi sebagai maladaptif. 6. Hal
ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan marah, karena bunuh
diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai
suatu akibat dari kemarahan diarahkan pada diri sendiri. 7. Keamana
fisik anak adalah prioritas dari keperawatan. 8. Ansietas
dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat untuk anak
dengan cara ini. 9. Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya
memberikan rasa aman. |
3 |
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas
dan hiperaktif. |
Tujuan: Kebutuhan istirahat tidur anak tercukupi
sesuai dengan usia tumbuh kembangnya dengan kriteria hasil: 1. Anak mengungkapkan
tidak adanya gangguan pada waktu tidur. 2. Tidak
ada gangguan tidur yang diamati oleh perawat dan dilaporkan oleh keluarga
selama dalam perawatan. 3. Anak
mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa
terbangun. |
1. Observasi
pola tidur anak, catat kondisi-kondisi yang menganggu tidur. 2. Kaji
gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa takut
dan ansietas-ansietas tertentu. 3. Duduk
dengan anak sampai dia tertidur. 4. Pastikan
bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari diet anak. 5. Berikan
sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya: gosok punggung, latihan gerak
relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat). 6. Buat
jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini. 7. Beri
jaminan ketersediaan pada anak jika dia terbangun pada malam hari dan dalam
kondisi ketakutan |
1. Masalah
harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan. 2. Ansietas
yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingfga perlu
diidentifikasi penyebabnya. 3. Kehadiran
seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman. 4. Kafein
adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur. 5. Sarana-sarana
ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur. 6. Tubuh
memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari istirahat dan
aktivitas. 7. Kehadiran
seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman. |
|
E. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Effendi, 2009). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan
mandiri, saling ketergantungan/ kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan.
F. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian
asuhan keperawatan pada anak dengan Attention
Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) antara lain:
1. Anak
mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang.
2. Anak
tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Anak
mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur
dan dapat diterima sosial.
4. Anak
mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam setiap malam.
5. Anak
mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang
ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak
mampu dalam menanggapi terhadap stres.
6. Anak
mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham
kebesaran.
7. Orang
tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif
dalam berespons perilaku anak.
8. Dapat
mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku,
perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) merupakan istilah gangguan
kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas,
hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal (Nelson,
1994). Ada tiga tipe anak dengan ADHD yaitu tipe anak yang tidak bisa
memusatkan perhatian (in-atensi), tipe anak yang hiperaktif dan impulsive dan
tipe gabungan. Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau
tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.
Farmakoterapi
kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan ADHD. Farmakologi
yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin
serta fenotiazin. Obat tersebut mempunyai efek samping yang lebih sedikit. Cara
bekerja obat tersebut adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam
gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta
impulsivitas.
B. Saran
Dengan
telah membacanya makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat mengerti, mengetahui
dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD dan
mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai acuan/referensi dalam memberika
asuhan keperawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sacharin,
Rosa M. (2006). Prinsip Keperawatan
Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzane C. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner&Suddarth. Jakarta: EGC
Febriani,
Mita, dkk. (2019). Faktor – Faktor Yang Mempengarhi Perilaku Hiperaktif Pada
Anak Usia Balita Di Tk Kartika Ix-46 Makassar. Jurnal Sarjana Keperawatan STIKES
Panakkukang Makassar.
Fadila,
dkk (2016). Identifikasi Jenis Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Pada Anak Usia Dini Menggunakan Metode Neighbor Weighted KNearest Neigbhor
(NWKNN). Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Volume 3.
Hidayat
(2015). Model Konseling Kognitif Prilaku untuk Mengoptimalkan Kemampuan
Kognitif dan Perilaku Adaptif Anak ADHD (Attention Deficite Hyperativity
Disorders). Jurnal UPI.
Winarsih,
S. (2013). Panduan Penanganan anak berkebutuhan khusus bagi Pendamping (Orang Tua,
Keluarga, dan masyarakat). Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Zafiera,
F. (2007). Anak Hiperaktif. Jogjakarta: Katahati
Marlina,
dkk (2018). Mengurangi Perilaku Hiperaktif Pada Anak Tunagrahita Ringan Melalui
Teknik Extinction. Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus Volume 6 Nomor
I Tahun 2018.
Martin,
L,M. (2009). Terapi Untuk Anak ADHD. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Popoler.
Mohammed,
Ali Mohammed Haidar (2016). The Cognitive Abilities and Skills of Children Who
Suffer from Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) in Kuwait
State. Journal of Education and Practice. 7
Novriana,
dkk (2014). Prevelensi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperktivitas pada
Siswa dan Siswi Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pdang Timur Kota Padang Tahun
2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 2014.
Tanoyo,
Diana. (2005). Jurnal Diagnosis Dan Tata Laksana
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Bagian/SMF Ilmu Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Febriani,Mita.
(2019). Skkripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hiperaktif Pada Anak
Usia Balita Di Tk Kartika IX-46 Makassar. Yayasan Perawat Sulawesi Selatan
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Panakkukang Makassar.
Posting Komentar untuk "MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)"