Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYALAHGUNAAN NAPZA

 BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

 Seringkali Kita mendengar para remaja yang terlibat dalam kasus narkoba (narkotika/naza/napza), baik si remaja sebagai pecandu maupun selaku pengedar barang maksiat itu. Namun dalam prakteknya dilapangan, sangatlah sulit untuk mampu mengidentifikasi remaja yang melakukan penyalahgunaan narkotika dan alkohol maupun seseorang pecandu, sehingga diperlukan suatu teknik/trik khusus agar mampu mengenalinya. Karena itulah perlu diketahui tentang tanda-tanda pada remaja yang kita curigai kemungkinan apakah mereka terlibat penyalahgunaan napza, hal ini disarikan bersumber dari CDCP (Centers For Disease Control And Prevention).

 Obat atau zat yang sering disalah gunakan adalah obat alkohol, Benzodiazepin, Mariyuana, Amfetamin, Kokain, Opium, Heroin, Morpin dll.

 Semua jenis obat tersebut dapat mengakibatkan gangguan mental yang disebabkan oleh efek langsung dari dari zat tersebut terhadap susunan saraf pusat.

 Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat.

 Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat ditandai dengan adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.

 


B.     TUJUAN

 1.      Tujuan umum

Mengetahui secara teori dan Asuhan Keperawatan dengan NAPZA

 2.      Tujuan khusus

1)      Mampu melakukan pengkajian dengan NAPZA.

2)      Mampu menentukan masalah keperawatan klien dengan NAPZA.

3)      Mampu merencanakan asuhan keperawatan klien dengan NAPZA.

4)      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan.

5)      Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan NAPZA.

 

 

C.    METODE PENULISAN

 Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode research library yaitu pengambilan sumber dari buku-buku yang ada kaitannya dengan pembahasan atau studi pustaka.



D.    SISTEMTEMATIKA PENULISAN

 

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP

 


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

A.    DEFINISI.

Narkoba yang juga sering disebut NAPZA adalah singkatan dari Narkotika dan obat-obatan terlarang yang sering disalahgunakan. Penyalahgunaan obat adalah: Pemakaian di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, pemakaian sendiri secara relatif teratur sekurang-kurangnya selama satu bulan.

 Seringkali Kita mendengar para remaja yang terlibat dalam kasus narkoba (narkotika/naza/napza), baik si remaja sebagai pecandu maupun selaku pengedar barang maksiat itu. Namun dalam prakteknya dilapangan, sangatlah sulit untuk mampu mengidentifikasi remaja yang melakukan penyalahgunaan narkotika dan alkohol maupun seseorang pecandu, sehingga diperlukan suatu teknik/trik khusus agar mampu mengenalinya. Karena itulah perlu diketahui tentang tanda-tanda pada remaja yang kita curigai kemungkinan apakah mereka terlibat penyalahgunaan napza, hal ini disarikan bersumber dari CDCP (Centers For Disease Control And Prevention).

 

Jika Anda menemukan minimal enam (6) tanda dari masing-masing kategori ciri-ciri dibawah ini yang tampak pada remaja Anda dalam suatu periode waktu tertentu, maka segera berbicara kepada remaja tersebut dan mencari bantuan seseorang ahli untuk menghindari remaja yang mencandu tersebut terperosok lebih dalam lagi.

  

B.     ETIOLOGI.

 Obat atau zat yang sering disalah gunakan adalah obat alkohol, Benzodiazepin, Mariyuana, Amfetamin, Kokain, Opium, Heroin, Morpin dll.

 Semua jenis obat tersebut dapat mengakibatkan gangguan mental yang disebabkan oleh efek langsung dari dari zat tersebut terhadap susunan saraf pusat.

 


C.    FAKTOR PENDUKUNG.

 a.       Faktor predisposisi.

Alasan pengguna NAPZA ini berbeda-beda dengan latar belakang individu dan lingkungan.

b.      Faktor individu.

Ø  Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba.

Ø  Bersikap tidak tegas terhadap tawaran/ pengaruh teman sebaya.

Ø  Penilaian diri negatif ( Low self esteem) seperti merasa kurang mampu dalam pelajaran, pergaulan, penampilan diri dan status sosial ekonomi yang rendah.

Ø  Kurang rasa percaya diri (Low self confidence).

Ø  Mengurangi rasa tidak enak/sakit.

Ø  Sikap memberontak terhadap peraturan.

Ø  Identifikasi diri yang kabur akibat proses identifikasi denga orang tua/pasangan hidup yang berjalan kurang baik.

Ø  Depresi, dan cemas .

Ø  Kepribadian dissosial ( perilaku menyimpang dari norma yang berlaku).

Ø  Kurang menghayati ajaran agama.

 

c.       Faktor lingkungan.

Ø  Mudah memperoleh zat NAPZA.

Ø  Komunikasi keluarga yang tidak efektif.

Ø  Hubungan antar orang tua yang tidak harmonis.

Ø  Orang tua atau anggota keluarga lainnya pengguna NAPZA.

Ø  Berteman dengan pengguna NAPZA.

Ø  Penghargaan sosial dari lingkungan yang kurang

d.      Faktor biologis Genetic:

Ø  Tendensi keluarga.

Ø  Infeksi pada organ otak.

Ø  Penyakit kronis.

e.       Faktor psikologis.

Ø  Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif 19,9%).

Ø  Harga diri rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social, ekonomi.

Ø  Disfungsi keluarga.

Ø  Orang/ remaja yang memiliki perasaan tidak aman.

Ø  Orang/ remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan masalah yang menyimpang.

Ø  Orang/ remaja yang mengalami gangguan idetitas diri, kecenderungan homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat untuk menyatakan kejantanannya.

Ø  Rasa bermusuhan dengan orang tua.

f.       Faktor social cultural.

Ø  Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan penyalahgunaan zatadiktif: ganja, alkohol.

Ø  Norma kebudayaan.

Ø  Adiktif untuk upacara adat.

Ø  Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak pengedar (mudah didapat: resiko relatif 80 %).

Ø  Persepsi masyarakat terhadap pengunaan zat.

Ø  Remaja yang lari dari rumah.

Ø  Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini.

Ø  Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan kriminal.

g.      Stressor presipitasi.

Ø  Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan ( resiko relatif untuk terlibat NAZA: 81,3%.

Ø  Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress.

Ø  Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti.

Ø  Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman.

Ø  Kompleksitas dari kehidupan modern.

h.      Faktor kontribusi ( resiko relatif 7,9% terlibat penyalah gunaan NAZA)
Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan, dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan / ketergantungan NAZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah :

Ø  Keluarga yang tidak utuh : orang tua meninggal, orang tua cerai, dll.

Ø  Kesibukan orang tua.

Ø  Hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik.

i.        Tingkah laku.

a.       Tingkah laku klien pengguna zat sedatif hipnotik

Ø  Menurunnya sifat menahan diri.

Ø  Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang.

Ø  Bicara cadel, bertele-tele.

Ø  Sering datang ke dokter untuk minta resep.

Ø  Kurang perhatian.

Ø  Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan.

Ø  Gangguan dalam daya pertimbangan.

Ø  Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan kematian..

Ø  Meningkatkan rasa percaya diri.

b.      Tingkah laku klien pengguna ganja.

Ø  Kontrol didi menurun bahkan hilang.

Ø  Menurunnya motivasi perubahan diri.

Ø  Ephoria ringan.

 c.       Tingkah laku klien pengguna alcohol.

Ø  Sikap bermusuhan.

Ø  Kadang bersikap murung, berdiam.

Ø  Kontrol diri menurun.

Ø  Suara keras, bicara cadel,dan kacau.

Ø  Agresi.

Ø  Minum alcohol pagi hari atau tidak kenal waktu.

Ø  Partisipasi di lingkungan social kurang.

Ø  Daya pertimbangan menurun.

Ø  Koordinasi motorik terganggu, akibat cenerung mendapat kecelakaan.

Ø  Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma.

d.      Tingkah laku klien pengguna opioda.

Ø  Terkantuk-kantuk.

Ø  Bicara cadel.

Ø  Koordinasi motorik terganggu.

Ø  Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian.

Ø  Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif.

Ø  Kontrol diri kurang.

e.       Tingkah laku klien pengguna kokain.

Ø  Hiperaktif.

Ø  Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi.

Ø  Iritabilitas.

Ø  Halusinasi dan waham.

Ø  Kewaspadaan yang berlebihan.

Ø  Sangat tegang.

Ø  Gelisah, insomnia.

Ø  Tampak membesar –besarkan sesuatu.

Ø  Dalam keadaan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid.

f.       Tingkah laku klien pengguna halusinogen.

Ø  Tingkah laku tidak dapat diramalkan.

Ø  Tingkah laku merusak diri sendiri.

Ø  Halusinasi, ilusi

Ø  Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak).

Ø  Sikap merasa diri benar.

Ø  Kewaspadaan meningkat.

Ø  Depersonalisasi.Pengalaman yang gaib/ ajaib.

a.       Mekanisme koping.

Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan:

ü  Denial dari masalah.

ü  Proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.

ü  Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif.

g.      Data khusus.

Ø  Jumlah dan kemurnian zat yang digunakan.

Ø  Sering menggunakan.

Ø  Metode penggunaan (dirokok, intravena, Oral).

Ø  Dosis terakhir digunakan.

Ø  Cara memperoleh zat (dokter, mencuri, dll).

Ø  Dampak bila tidak menggunakan.

Ø  Jika over dosis, berapa beratnya.

Ø  Stressor dalam hidupnya.

Ø  Sistem dukungan (keluarga, social, finansial)

Ø  Tingkat harga diri klien, persepsi klien terhadap zat adiktif.

Ø  Tingkah laku manipulative.

h.      Klasifikasi pemakai napza.

Ø  Pemakai coba-coba (experiment use).

Ø  Pemakai sosial (Social use).

Ø  Pemakai yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang.

Ø  Pemakai situasional, pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan atau kekecewaan) .

Ø  Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai suatu pola penggunaanyang bersifat patologis/menyimpang minimal satu bulan lamanya dan telah terjadi gangguan fungsi sosial atau pekerjaan.

Ø  Ketergantungan (Dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat bila pemakai zat dihentikan atau dikurangi.

 

 

D.    PROSES TERJADINYA MASALAH.

 

Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat ditandai dengan adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.

 

1.      Rentang respon gangguan penggunaan zat adiktif.

Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat. Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang ditampakkanoleh remaja dengangangguan penggunaan zat adiktif.

Respon adaptif Respon maladaptive.

 

Gambar 1: Rentang respon penggunaan zat adiktif.

Ø  Penggunaan zat adiktif secara eksperimental ialah:

Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.

Ø  Penggunaan zat adiktif secara rekreasional ialah:

Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya. 

Ø  Penggunaan zat adiktif secara situasional ialah:

Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang konflik, stress, frustasi.

Ø  Penyalahgunaan zat adiktif ialah:

Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan pendidikan.

Ø  Ketergantungan zat adiktif ialah:

Ø  Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.

 

E.     TANDA-TANDA UMUM PENGGUNA NAPZA.

 

1.      Perubahan fisik:

Ø  Badan kurus.

Ø  Tanpak mengantuk.

Ø  Mata merah dan cekung.

Ø  Bekas suntikan atau gorena pada lengan dan kaki.

2.      Perubahan perilaku:

Ø  Emosi labil.

Ø  Takut sinar/air.

Ø  Menyendiri.

Ø  Bohong/mencuri.

Ø  Menjual barang.

Ø  Pergi tanpa pamit.

Ø  Halusinasi.

Ø  Paranoid.

 

 

F.     TANDA-TANDA KLINIS DARI PENGGUNAAN NAPZA.

 

1.      Yang berefek depresan ( menghambat fungsi syaraf):

Ø  Berbicara kacau

Ø  Tidak dapat mengendalikan diri.

Ø  Tingkah laku seperti mabuk tetapi tanpa berbau minuman beralkohol

Ø  Akibat kelebihan pemakaian akan menyebabkan : nafas tersengal-sengal, kulit lembab dan dingin, pupil mata mengecil, denyut nadi cepat dan lemah , kesadaran menurun danbisa berkibat lebih parah sampai meninggal dunia.

Ø  Gejala putus obat seperti gelisah, sukar tidur, mengigau, tertawa tidak wajar .

2.      Penyalahgunaan yang berefek stimultan (mengaktifkan fngsi syaraf)

Ø  Lebih waspada, bergairah, eporia, pupil mata meebar, denyut nadi meningkat, susah tidur nafsu makan hilang

Ø  Kelebihan pemakaian mengakibatkan gelisah, suhu badan naik, suka berhayal, tertawa tidak wajar sampai bisa menimbulkan kematian

3.      Penyalahgunaan yang berefek halusinasi (menimbulkan rasa berhalusinasi/berkhayal)

Ø  suka berhayal

Ø   Tidak punya gambaran ruang dan waktu

Ø  Bila overdosis menyebabkan kematian.

  

G.    KOMPLIKASI.

 Komplikasi dari penyalahgunaan zat: Selain gangguan otak, dapat menyebabkan gangguan hati, usus, seks, kelainan bayi (bila hamil), dan resiko kena kanker. Pencegahan:

1.      Ketahuilah bahwa obat tersebut sangat berbahaya dan jangan sekali-kali mencoba.

2.      Bina hubungan yang harmonis dengan orang tua sehingga perilaku kita lebih terkontrol.

3.      Katakan tidak bila ada yang menawari.

4.       Konsultasilah kepada petugas kesehatan bila anad memiliki masalah kesehatan termasuk gangguan pikiran.

5.      Pengobatan pasien yang mengalami ketergantungan obat tergantung dari tingkat keparahan atau berat-ringan tingakat ketergantungan. Penyembuhannya memerlukan waktu yang relatif lama dan membutuhkan biaya yang yang besar.

 

H.    PERAN PERAWAT JIWA UNTUK GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA.

 

Perawat harus mengetahui masalah yang berkaitan dengan penggunaan NAPZA agar dapat memberikan perawatan kepada klien secara efektif. Perawat mungkin ingin membantu tetapi terhalang oleh persepsi bahwa pengguna NAPZA adalah orang yang sulit untuk diajajk bekerjasama dan malas. Alkoholisme adalah fenomena dari etiologi yang kompleks melibatkan banyak faktor mental, physical, genetik, dan lingkungan.

 

Perawat harus memahami perasaan seseorang tentang alkohol sehingga perawat dapat bekerja secara efektif. Perawat jiwa juga membantu dalam mendampingi klien NAPZA dan keluarga dalam melaksanakan terapi. Serta memberikan pendidikan kesehatan agar klien bisa berkomunikasi efektif dan berpersepsi positif.

 


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 

     A.    PENGKAJIAN.

 

1.      Fisik.

Secara keseluruhan, efek masing-masing golongan NAPZA pada fungsi fisiologis memiliki banyak kesamaan. Data yang mungkin ditemukan pada klien yang menggunakan NAPZA antara lain : nyeri, gangguan pola tidur, menurunnya selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar norma, tidak merawat diri, potensial komplikasi.

 Tujuan : klien mampu untuk hidup teratur.

 2.      Emosional.

Perasaan gelisah (takut diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak berdaya. Potensial mengalami gangguan mental dan perilaku. Dengan tambahan gejala-gejala emosional yang terdapat pada masing-masing NAPZA.

 Tujuan : Klien dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya.

 3.      Sosial.

Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien adalah teman pengguna zat, anggota keluarga lain, pengguna zat di lingkungan sekolah atau kampus.

 4.      Intelektual.

Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah yang menurun sampai berhenti, pekerjaan terhenti..

 Tujuan : klien mampu berkonsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal positif.

 5.      Spiritual.

Kegiatan keagamaan kurang atau tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena perubahan perilaku mis., mencuri, berbohong.

 Tujuan : klien mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-nilai kebaikan.

 

6.      Keluarga.

Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan ekonomi keluarga oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi.

 Tujuan : keluarga mampu merawat klien sampai akhirnya mampu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relapse).

 

 

    B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN.

 

1.      Alkohol

ü  Resiko tinggi terhadap cedera: jatuh berhubungan dengan kesulitan keseimbangan

ü  Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang kurang

2.      Halusinogen.

ü  Perubahan proses pikir sampai dengan kerusakan penyesuaian dengan kehilangan daya ingat.

ü  Ansietas berhubungan dengan proses berpikir. 

3.      Stimulan.

ü  Gangguan pola tidur berhubungan dengan sensori sistem saraf pusat.

ü  Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penggunaan obat-obatan IV 

4.      Depresan.

ü  Gangguan pola tidur berhubungan dengan hipersensitifitas.

ü  Kerusakan pertukaran gas: pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

 

 

 

 

 

 

    C.    INTERVENSI KEPERAWATAN.

 1)      Resiko tinggi terhadap cedera: jatuh berhubungan dengan kesulitan keseimbangan

Kriteria hasil:

-         mendemonstrasikan hilangnya efek-efek penarikan diri yang memburuk

-         tidak mengalami cedera fisik

Intervensi:

Mandiri

ü  Identifikasi tingkat gejala putus alkohol, misalnya tahap I diasosiasikan dengan tanda/gejala hiperaktivitas (misalnya tremor, tidak dapat beristirahat, mual/muntah, diaforesis, takhikardi, hipertensi); tahap II dimanifestasikan dengan peningkatan hiperaktivitas ditambah dengan halusinogen; tingkat III gejala meliputi DTs dan hiperaktifitas autonomik yang berlebihan dengan kekacauan mental berat, ansietas, insomnia, demam.

ü   Pantau aktivitas kejang. Pertahankan ketepatan aliran udara. Berikan keamanan lingkungan misalnya bantalan pada pagar tempat tidur.

ü  Periksa refleks tenton dalam. Kaji cara berjalan, jika memungkinkan

ü  Bantu dengan ambulasi dan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

Kolaborasi

ü  Berikan cairan IV/PO dengan hati-hati sesuai petunjuk

ü  Berikan obat-obat sesuai petunjuk: benzodiazepin, oksazepam, fenobarbital, magnesium sulfat.

Rasional:

ü  Pengenalan dan intervensi yang tepat dapat menghalangi terjadinya gejala-gejala dan mempercepat kesembuhan. Selain itu perkembangan gejala mengindikasikan perlunya perubahan pada terapi obat-obatan yang lebih intensif untuk mencegah kematian.

ü  kejang grand mal paling umum terjadi dan dihubungkan dengan penurunana kadar Mg, hipoglikemia, peningkatan alkohol darah atau riwayat kejang.

ü  Refleksi tertekan, hilang, atau hiperaktif. Nauropati perifer umum terjadi terutama pada pasien neuropati

ü  mencegah jatuh dengan cedera

ü   mungkin dibutuhkan pada waktu ekuilibrium, terjadinya masalah koordinasi tangan/mata.

ü  Penggantian yang berhati-hati akan memperbaiki dehidrasi dan meningkatkan pembersihan renal dari toksin sambil mengurangi resiko kelebihan hidrasi.

 


BAB IV

PENUTUP

 

A.    KESIMPULAN.


Narkoba yang juga sering disebut NAPZA adalah singkatan dari Narkotika dan obat-obatan terlarang yang sering disalahgunakan. Penyalahgunaan obat adalah: Pemakaian di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, pemakaian sendiri secara relatif teratur sekurang-kurangnya selama satu bulan.

Obat atau zat yang sering disalah gunakan adalah obat alkohol, Benzodiazepin, Mariyuana, Amfetamin, Kokain, Opium, Heroin, Morpin dll. Sedangan faktor pendukungnya terdiri dari: Faktor (presdiposisi, individu, lingkungan, biologis genetic, psikologis, sosial kultur).

Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan pendidikannya.

Tanda-tanda umum pengguna NAPZA adalah: perubahan fisik dan prilaku. Sedangkan tnada-tanda klinis daripengguna NAPZA adalah: menghambat fungsi saraf, penyalahgunaan yang berefek stimultan, penyalahgunaan yang berefek halusinasi.

 Komplikasi dari penyalahgunaan zat: Selain gangguan otak, dapat menyebabkan gangguan hati, usus, seks, kelainan bayi (bila hamil), dan resiko kena kanker. Perawat harus mengetahui masalah yang berkaitan dengan penggunaan NAPZA agar dapat memberikan perawatan kepada klien secara efektif.

 

B.     SARAN

sebagai tenaga kesehatan khususnya kita harus terus memberikan penyuluhan tentang penyalahgunaan obat-obat NAPZA. karena masyarakat awam masih menganggap bahwa obat-obat NAPZA ini tidak berbahaya, pada kenyataannya banyak remaja di Indonesia khususnya yang meninggal dikarenakan obat-obat yang termasuk dalam golongan NAPZA. selain itu juga kita harus menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan obat-obat NAPZA secara baik dan benar.

 

Posting Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYALAHGUNAAN NAPZA"