ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYALAHGUNAAN NAPZA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. TUJUAN
Mengetahui
secara teori dan Asuhan Keperawatan dengan NAPZA
1) Mampu melakukan pengkajian dengan NAPZA.
2) Mampu menentukan masalah keperawatan klien
dengan NAPZA.
3) Mampu merencanakan asuhan keperawatan klien
dengan NAPZA.
4) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
perencanaan.
5) Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan
NAPZA.
C. METODE PENULISAN
D. SISTEMTEMATIKA
PENULISAN
BAB
I PENDAHULUAN
BAB
II TINJAUAN TEORITIS
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB
IV PENUTUP
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI.
Jika
Anda menemukan minimal enam (6) tanda dari masing-masing kategori ciri-ciri
dibawah ini yang tampak pada remaja Anda dalam suatu periode waktu tertentu,
maka segera berbicara kepada remaja tersebut dan mencari bantuan seseorang ahli
untuk menghindari remaja yang mencandu tersebut terperosok lebih dalam lagi.
B. ETIOLOGI.
C. FAKTOR PENDUKUNG.
Alasan
pengguna NAPZA ini berbeda-beda dengan latar belakang individu dan lingkungan.
b. Faktor individu.
Ø Rasa ingin tahu yang
kuat dan ingin mencoba.
Ø Bersikap tidak tegas
terhadap tawaran/ pengaruh teman sebaya.
Ø Penilaian diri negatif
( Low self esteem) seperti merasa kurang mampu dalam pelajaran, pergaulan,
penampilan diri dan status sosial ekonomi yang rendah.
Ø Kurang rasa percaya
diri (Low self confidence).
Ø Mengurangi rasa tidak
enak/sakit.
Ø Sikap memberontak
terhadap peraturan.
Ø Identifikasi diri yang
kabur akibat proses identifikasi denga orang tua/pasangan hidup yang berjalan
kurang baik.
Ø Depresi, dan
cemas .
Ø Kepribadian dissosial
( perilaku menyimpang dari norma yang berlaku).
Ø Kurang menghayati
ajaran agama.
c. Faktor lingkungan.
Ø Mudah memperoleh zat
NAPZA.
Ø Komunikasi keluarga
yang tidak efektif.
Ø Hubungan antar orang
tua yang tidak harmonis.
Ø Orang tua atau anggota
keluarga lainnya pengguna NAPZA.
Ø Berteman dengan
pengguna NAPZA.
Ø Penghargaan sosial
dari lingkungan yang kurang
d. Faktor biologis Genetic:
Ø Tendensi keluarga.
Ø Infeksi pada organ
otak.
Ø Penyakit kronis.
e. Faktor psikologis.
Ø Gangguan kepribadian:
anti sosial (resiko relatif 19,9%).
Ø Harga diri rendah:
depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social, ekonomi.
Ø Disfungsi keluarga.
Ø Orang/ remaja yang
memiliki perasaan tidak aman.
Ø Orang/ remaja yang
memiliki ketrampilan pemecahan masalah yang menyimpang.
Ø Orang/ remaja yang
mengalami gangguan idetitas diri, kecenderungan homoseksual, krisis identitas,
menggunakan zat untuk menyatakan kejantanannya.
Ø Rasa bermusuhan dengan
orang tua.
f. Faktor social
cultural.
Ø Masyarakat yang
ambivalensi tentang penggunaan dan penyalahgunaan zatadiktif: ganja,
alkohol.
Ø Norma kebudayaan.
Ø Adiktif untuk upacara
adat.
Ø Lingkungan tempat
tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak pengedar (mudah didapat:
resiko relatif 80 %).
Ø Persepsi masyarakat
terhadap pengunaan zat.
Ø Remaja yang lari dari
rumah.
Ø Remaja dengan perilaku
penyimpangan seksual dini.
Ø Orang/ remaja yang
terkait dengan tindakan kriminal.
g. Stressor presipitasi.
Ø Pernyataan untuk
mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan ( resiko relatif
untuk terlibat NAZA: 81,3%.
Ø Sebagai prinsip
kesenangan, menghindari sakit/stress.
Ø Kehilangan seseorang
atau sesuatu yang berarti.
Ø Diasingkan oleh
lingkungan: rumah, teman-teman.
Ø Kompleksitas dari
kehidupan modern.
h. Faktor kontribusi ( resiko relatif 7,9%
terlibat penyalah gunaan NAZA)
Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan, dan ketertekanan
itu dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan
/ ketergantungan NAZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah :
Ø Keluarga yang tidak
utuh : orang tua meninggal, orang tua cerai, dll.
Ø Kesibukan orang tua.
Ø Hubungan interpersonal
dalam keluarga tidak baik.
i. Tingkah laku.
a. Tingkah laku klien pengguna zat sedatif hipnotik
Ø Menurunnya sifat menahan
diri.
Ø Jalan tidak stabil,
koordinasi motorik kurang.
Ø Bicara cadel,
bertele-tele.
Ø Sering datang ke
dokter untuk minta resep.
Ø Kurang perhatian.
Ø Sangat gembira,
berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan.
Ø Gangguan dalam daya
pertimbangan.
Ø Dalam keadaan yang
over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan kematian..
Ø Meningkatkan rasa
percaya diri.
b. Tingkah laku klien pengguna ganja.
Ø Kontrol didi menurun
bahkan hilang.
Ø Menurunnya motivasi
perubahan diri.
Ø Ephoria ringan.
c. Tingkah laku klien pengguna alcohol.
Ø Sikap bermusuhan.
Ø Kadang bersikap
murung, berdiam.
Ø Kontrol diri menurun.
Ø Suara keras, bicara
cadel,dan kacau.
Ø Agresi.
Ø Minum alcohol pagi
hari atau tidak kenal waktu.
Ø Partisipasi di
lingkungan social kurang.
Ø Daya pertimbangan
menurun.
Ø Koordinasi motorik
terganggu, akibat cenerung mendapat kecelakaan.
Ø Dalam keadaan over
dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma.
d. Tingkah laku klien pengguna opioda.
Ø Terkantuk-kantuk.
Ø Bicara cadel.
Ø Koordinasi motorik
terganggu.
Ø Acuh terhadap
lingkungan, kurang perhatian.
Ø Perilaku manipulatif,
untuk mendapatkan zat adiktif.
Ø Kontrol diri kurang.
e. Tingkah laku klien pengguna kokain.
Ø Hiperaktif.
Ø Euphoria, agitasi, dan
sampai agitasi.
Ø Iritabilitas.
Ø Halusinasi dan waham.
Ø Kewaspadaan yang
berlebihan.
Ø Sangat tegang.
Ø Gelisah, insomnia.
Ø Tampak membesar
–besarkan sesuatu.
Ø Dalam keadaan over
dosis: kejang, delirium, dan paranoid.
f. Tingkah laku klien pengguna halusinogen.
Ø Tingkah laku tidak
dapat diramalkan.
Ø Tingkah laku merusak
diri sendiri.
Ø Halusinasi, ilusi
Ø Distorsi (gangguan
dalam penilaian, waktu dan jarak).
Ø Sikap merasa diri
benar.
Ø Kewaspadaan meningkat.
Ø Depersonalisasi.Pengalaman
yang gaib/ ajaib.
a. Mekanisme koping.
Mekanisme
pertahanan diri yang biasa digunakan:
ü Denial dari masalah.
ü Proyeksi merupakan
tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
ü Disosiasi merupakan
proses dari penggunaan zat adiktif.
g. Data khusus.
Ø Jumlah dan kemurnian
zat yang digunakan.
Ø Sering menggunakan.
Ø Metode penggunaan
(dirokok, intravena, Oral).
Ø Dosis terakhir
digunakan.
Ø Cara memperoleh zat
(dokter, mencuri, dll).
Ø Dampak bila tidak
menggunakan.
Ø Jika over dosis,
berapa beratnya.
Ø Stressor dalam
hidupnya.
Ø Sistem dukungan
(keluarga, social, finansial)
Ø Tingkat harga diri
klien, persepsi klien terhadap zat adiktif.
Ø Tingkah laku
manipulative.
h. Klasifikasi pemakai napza.
Ø Pemakai coba-coba
(experiment use).
Ø Pemakai sosial (Social
use).
Ø Pemakai yang bertujuan
hanya untuk bersenang-senang.
Ø Pemakai situasional,
pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan atau
kekecewaan) .
Ø Penyalahgunaan
(abuse), pemakaian sebagai suatu pola penggunaanyang bersifat
patologis/menyimpang minimal satu bulan lamanya dan telah terjadi gangguan
fungsi sosial atau pekerjaan.
Ø Ketergantungan
(Dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat bila pemakai zat
dihentikan atau dikurangi.
D. PROSES TERJADINYA
MASALAH.
Gangguan
penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh
penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi
tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga
mengganggu fungsi social dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri
dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat
patologis, yang menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan
berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan
zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat ditandai dengan adanya
ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.
1. Rentang respon gangguan penggunaan zat
adiktif.
Rentang
respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat.
Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang ditampakkanoleh remaja
dengangangguan penggunaan zat adiktif.
Respon
adaptif Respon maladaptive.
Gambar
1: Rentang respon penggunaan zat adiktif.
Ø Penggunaan zat adiktif
secara eksperimental ialah:
Kondisi
penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki
pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
Ø Penggunaan zat adiktif
secara rekreasional ialah:
Menguunakan
zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk
rekreasi bersama teman sebaya.
Ø Penggunaan zat adiktif
secara situasional ialah:
Orang
yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah
merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini
merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya.
Biasanya digunakan pada saat sedang konflik, stress, frustasi.
Ø Penyalahgunaan zat
adiktif ialah:
Penggunaan
zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling
tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan
mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan pendidikan.
Ø Ketergantungan zat
adiktif ialah:
Ø Penggunaan zat yang
cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan
fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud
sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan
secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah
zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.
E. TANDA-TANDA UMUM
PENGGUNA NAPZA.
1. Perubahan fisik:
Ø Badan kurus.
Ø Tanpak mengantuk.
Ø Mata merah dan cekung.
Ø Bekas suntikan atau
gorena pada lengan dan kaki.
2. Perubahan perilaku:
Ø Emosi labil.
Ø Takut sinar/air.
Ø Menyendiri.
Ø Bohong/mencuri.
Ø Menjual barang.
Ø Pergi tanpa pamit.
Ø Halusinasi.
Ø Paranoid.
F. TANDA-TANDA KLINIS
DARI PENGGUNAAN NAPZA.
1. Yang berefek depresan ( menghambat fungsi
syaraf):
Ø Berbicara kacau
Ø Tidak dapat
mengendalikan diri.
Ø Tingkah laku seperti
mabuk tetapi tanpa berbau minuman beralkohol
Ø Akibat kelebihan
pemakaian akan menyebabkan : nafas tersengal-sengal, kulit lembab dan dingin,
pupil mata mengecil, denyut nadi cepat dan lemah , kesadaran menurun danbisa
berkibat lebih parah sampai meninggal dunia.
Ø Gejala putus obat
seperti gelisah, sukar tidur, mengigau, tertawa tidak wajar .
2. Penyalahgunaan yang berefek stimultan
(mengaktifkan fngsi syaraf)
Ø Lebih waspada,
bergairah, eporia, pupil mata meebar, denyut nadi meningkat, susah tidur nafsu
makan hilang
Ø Kelebihan pemakaian
mengakibatkan gelisah, suhu badan naik, suka berhayal, tertawa tidak wajar
sampai bisa menimbulkan kematian
3. Penyalahgunaan yang berefek halusinasi
(menimbulkan rasa berhalusinasi/berkhayal)
Ø suka berhayal
Ø Tidak punya
gambaran ruang dan waktu
Ø Bila overdosis
menyebabkan kematian.
G. KOMPLIKASI.
1. Ketahuilah bahwa obat tersebut sangat
berbahaya dan jangan sekali-kali mencoba.
2. Bina hubungan yang harmonis dengan orang tua
sehingga perilaku kita lebih terkontrol.
3. Katakan tidak bila ada yang menawari.
4. Konsultasilah kepada petugas kesehatan
bila anad memiliki masalah kesehatan termasuk gangguan pikiran.
5. Pengobatan pasien yang mengalami
ketergantungan obat tergantung dari tingkat keparahan atau berat-ringan
tingakat ketergantungan. Penyembuhannya memerlukan waktu yang relatif lama dan
membutuhkan biaya yang yang besar.
H. PERAN
PERAWAT JIWA UNTUK GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA.
Perawat harus mengetahui masalah yang berkaitan dengan
penggunaan NAPZA
agar dapat memberikan perawatan kepada klien secara efektif. Perawat mungkin
ingin membantu tetapi terhalang oleh persepsi bahwa pengguna NAPZA adalah orang
yang sulit untuk diajajk bekerjasama dan malas. Alkoholisme adalah
fenomena dari etiologi yang kompleks melibatkan banyak faktor mental, physical,
genetik, dan lingkungan.
Perawat harus memahami perasaan seseorang tentang alkohol
sehingga perawat dapat bekerja secara efektif. Perawat jiwa juga membantu dalam
mendampingi klien NAPZA dan keluarga dalam melaksanakan terapi. Serta
memberikan pendidikan kesehatan agar klien bisa berkomunikasi efektif dan
berpersepsi positif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN.
1. Fisik.
Secara
keseluruhan, efek masing-masing golongan NAPZA pada fungsi fisiologis memiliki
banyak kesamaan. Data yang mungkin ditemukan pada klien yang menggunakan NAPZA
antara lain : nyeri, gangguan pola tidur, menurunnya selera makan, konstipasi,
diare, perilaku seks melanggar norma, tidak merawat diri, potensial komplikasi.
Perasaan
gelisah (takut diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak berdaya.
Potensial mengalami gangguan mental dan perilaku. Dengan tambahan gejala-gejala
emosional yang terdapat pada masing-masing NAPZA.
Lingkungan
sosial yang biasa akrab dengan klien adalah teman pengguna zat, anggota
keluarga lain, pengguna zat di lingkungan sekolah atau kampus.
Pikiran
yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk berhenti,
aktivitas sekolah atau kuliah yang menurun sampai berhenti, pekerjaan terhenti..
Kegiatan
keagamaan kurang atau tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahan perilaku mis., mencuri, berbohong.
6. Keluarga.
Ketakutan
akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan ekonomi
keluarga oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril
terhadap klien tidak terpenuhi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Alkohol
ü Resiko
tinggi terhadap cedera: jatuh berhubungan dengan kesulitan keseimbangan
ü Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
kurang
2. Halusinogen.
ü Perubahan
proses pikir sampai dengan kerusakan penyesuaian dengan kehilangan daya ingat.
ü Ansietas
berhubungan dengan proses berpikir.
3. Stimulan.
ü Gangguan
pola tidur berhubungan dengan sensori sistem saraf pusat.
ü Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan penggunaan obat-obatan IV.
4. Depresan.
ü Gangguan
pola tidur berhubungan dengan hipersensitifitas.
ü Kerusakan
pertukaran gas: pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN.
Kriteria
hasil:
-
mendemonstrasikan hilangnya efek-efek penarikan diri yang memburuk
- tidak
mengalami cedera fisik
Intervensi:
Mandiri
ü Identifikasi
tingkat gejala putus alkohol, misalnya tahap I diasosiasikan dengan
tanda/gejala hiperaktivitas (misalnya tremor, tidak dapat beristirahat,
mual/muntah, diaforesis, takhikardi, hipertensi); tahap II dimanifestasikan
dengan peningkatan hiperaktivitas ditambah dengan halusinogen; tingkat III gejala
meliputi DTs dan hiperaktifitas autonomik yang berlebihan dengan kekacauan
mental berat, ansietas, insomnia, demam.
ü Pantau
aktivitas kejang. Pertahankan ketepatan aliran udara. Berikan keamanan
lingkungan misalnya bantalan pada pagar tempat tidur.
ü Periksa
refleks tenton dalam. Kaji cara berjalan, jika memungkinkan
ü Bantu
dengan ambulasi dan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Kolaborasi
ü Berikan
cairan IV/PO dengan hati-hati sesuai petunjuk
ü Berikan
obat-obat sesuai petunjuk: benzodiazepin, oksazepam, fenobarbital, magnesium
sulfat.
Rasional:
ü Pengenalan
dan intervensi yang tepat dapat menghalangi terjadinya gejala-gejala dan
mempercepat kesembuhan. Selain itu perkembangan gejala mengindikasikan perlunya
perubahan pada terapi obat-obatan yang lebih intensif untuk mencegah kematian.
ü kejang
grand mal paling umum terjadi dan dihubungkan dengan penurunana kadar Mg,
hipoglikemia, peningkatan alkohol darah atau riwayat kejang.
ü Refleksi
tertekan, hilang, atau hiperaktif. Nauropati perifer umum terjadi terutama pada
pasien neuropati
ü mencegah
jatuh dengan cedera
ü mungkin
dibutuhkan pada waktu ekuilibrium, terjadinya masalah koordinasi tangan/mata.
ü Penggantian
yang berhati-hati akan memperbaiki dehidrasi dan meningkatkan pembersihan renal
dari toksin sambil mengurangi resiko kelebihan hidrasi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Narkoba
yang juga sering disebut NAPZA adalah singkatan dari Narkotika dan obat-obatan
terlarang yang sering disalahgunakan. Penyalahgunaan obat adalah: Pemakaian di
luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, pemakaian sendiri secara
relatif teratur sekurang-kurangnya selama satu bulan.
Tanda-tanda
umum pengguna NAPZA adalah: perubahan fisik dan prilaku. Sedangkan tnada-tanda
klinis daripengguna NAPZA adalah: menghambat fungsi saraf, penyalahgunaan yang
berefek stimultan, penyalahgunaan yang berefek halusinasi.
B. SARAN
sebagai
tenaga kesehatan khususnya kita harus terus memberikan penyuluhan tentang
penyalahgunaan obat-obat NAPZA. karena masyarakat awam masih menganggap bahwa
obat-obat NAPZA ini tidak berbahaya, pada kenyataannya banyak remaja di
Indonesia khususnya yang meninggal dikarenakan obat-obat yang termasuk dalam
golongan NAPZA. selain itu juga kita harus menerapkan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyalahgunaan obat-obat NAPZA secara baik dan benar.
Posting Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYALAHGUNAAN NAPZA"